Alhamdulillah lanjut dia, kebetulan di Mamasa belum ada warung pecel lele, sehingga meski baru tiga hari dibuka, warungnya sudah ramai dikunjungi konsumen.
Selaras dengan itu, Serda Bambang Herianto pun bercerita, pertama tiba di Mamasa, untuk cari makan susah memilih mana yang halal.
Setelah mencoba beberapa kuliner yang ada di Kota Mamasa, katanya, rasanya tidak ada yang istimewa.
Melihat peluang pecel lele bagus untuk dikembangkan, iapun memutuskan untuk berjualan pecel lele, dibantu empat orang kawannya.
Berawal dari iseng-iseng itu, kelimanya memutuskan untuk patungan mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan, mulai dari gerobak jualan, meja, kursi dan sewa kontrakan.
“Peralatannya ini kita buat setelah pulang dinas, setelah semuanya beres, kita akhirnya mulai berjualan,” ujar Serda Bambang Herianto.
Konon lanjut Serda Bambang, Arto Moro 57, berasal dari kata Arto yang berarti uang dan Moro berarti datang sendiri (bahasa jawa), sedangkan 57 singkatan dari angkatan NRP 2005 dan 2007, sekaligus angkatan 57.
Meski berjualan pecel lele, namun ia mengku tidak mengganggu jam dinas mereka, sebab waktu buka, mulai pukul 17.00 hingga pukul 24.00.
Dia berharap, usaha yang dia rintis itu, bisa menjadi motivasi bagi masyarakat, bahwa meskipun berseragam TNI, mereka tidak gengsi untuk tetap berusaha.
Bagi yang penasaran dengan pecel lele buatan anggota TNI, silahkan mampir di Jl Poros Mamasa-Buntubuda, tepat di depan BRI Cabang Mamasa.
Harganyapun terjangkau, mulai dari Rp. 25.000 hingga Rp. 35.000, per porsinya. Anda juga bisa memesan, untuk diantarkan.