“Saya kasih tahu kalau mau diangkat yang baik-baiknya, harus ada bayarannya. Pak Syahrul bertanya berapa, saya jawab kalau kontrak 1 tahun biasnya Rp. 30 juta,” katanya.
Tawaran itu kata Ismail, diterima oleh pihak sekolah dengan ketentuan uangnya akan dibayarkan tiga hari ke depan.
“Tidak lama saya pulang, besoknya ditelpon lagi, hari kamis, dia bilang ke sini ki jam 2 di warung nirmalasari. Pas jam 2 saya ke sana tapi belum ada.
Saya telepon bilang di mana ki pak, dia bilang masih di Masjid. Menunggu k’ di situ sekitar 2 jam dia datang, tapi tidak ada pak Ferli, saya bilang mana pak Ferli, dia bilang jangan mi baku urus sama dia karena saya ji penanggungjawabnya,” tambahnya.
Tanpa basa-basi, Syahrul dituturkan Ismail, langsung memberikan kantong plastik berisi uang, tetapi ia menolak.
Ia mengaku menyuruh Syahrul menandatangani kontrak iklan, namun Syahrul, kata dia menolak.
Dengan alasan harus ada kontrak kerjasama, Ismail berdalih dan tak mau mengambil uang itu.
Sekitar lima kali uang itu diserahkan, Ismail mengaku tetap menolak.
Bahkan diakuinya, ia memutuskan untuk menemui Ferli di rumahnya.
“Samapi di rumahnya, ternyata hanya istrinya yang ada, saya tanya mana Pak Ferli, tapu dia bilang jangan mi baku irus sama Pak Ferli, sama pak Syahrul mi,” katanya lagi.
Tak lama setelah itu, ia bertemu dengan Ferli, dan menyuruh manggil Syahrul.
Selanjutnya diakuinya lagi, ia meminta Ferli untuk menandatangani kontrak kerjasama, namun ia menolak.
“Dia bilang tidak usah mi, ambil mi itu uang tapi saya bilang saya juga tidak mau kalau tidak ada kontrak kerjasama,” tuturnya.