Foto: Direktur PDAM Mamasa, Awaluddin/Semuel M
JOURNALINVESTIGASI.COM, MAMASA – Kabupaten Mamasa satu-satunya kabupaten di Sulawesi Barat (Sulbar) dengan letak geografis berada di pegunungan.
Sebagai sebuah daerah pegunungan, tak heran jika Mamasa memiliki kekayaan alam yang melimpah. Baik di sektor pertanian, perikanan maupun sektor pariwisata.
Bahkan daerah aliran sungai (DAS) Mamasa, menjadi salah satu penyumbang pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Bakaru.
Sayangnya, hal ini berbanding terbalik dengan ketersediaan air bersih di sejumlah wilayah di Kabupaten Mamasa.
Meski DAS Mamasa sebagai penyumbang pembangkit listrik, namun ketersediaan air bersih menjadi persoalan hampir sebagian besar masyarakat yang bermukim di sekitar jantung kota Mamasa.
Adakalanya masyarakat hanya mengandalkan air hujan, saat air dari pihak Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) tak mengalir.
Bahkan masyarakat di wilayah ini nyaris menggunakan air tak layak konsumsi yang disediakan PDAM, lantaran kerap bercampur lumpur.
Persoalan ini selalu saja timbul, padahal PDAM Mamasa hampir setiap tahun mendapat dana sharing mencapai ratusan juta bahkan miliaran rupiah dari pemerintah daerah.
Di sekitaran wilayah Kecamatan Mamasa, terdapat dua titik sumber mata air.
Yakni mata air di wilayah Desa Mambulilling, Kecamatan Mamasa dan Desa Kariango, Kecamatan Tawalian.
Kedua sumber mata air ini tak menjanjikan selalu mengalir.
Ketika musim hujan, air yang mengalir ke rumah warga berlumpur.
Tanggapan Direktur PDAM Mamasa
Direktur PDAM Mamasa, Awaluddin, saat dikonfirmasi beberapa waktu lalu mengaku kerap mendapat keluhan warga terkait pengelolaan PDAM.