Foto: Warga di Botteng gotong royong timbun jalan untuk dilalui kendaraan
JOURNALINVESTIGASI.COM, MAMASA – “Kasian kami ini petani, sudah panen tapi tidak bisa menjual hasil panen, kami butuh makan,” begitu ungkapan Andi, menggambarkan keluh kesa terhadap kondisi jalan di kampung halamannya.
Andi adalah sosok pemuda Dusun Kata-kata, Desa Botteng Kecamatan Mehalaan, Sulawesi Barat (Sulbar).
Lahir dari kalangan petani, Andi berharap bisa menikmati infrastruktur jalan, menjual hasil pertaniannya demi kebutihan sehari-hari.
Sayangnya, harapan itu berbanding terbalik dengan realita yang ada di kampung halamannya.
Bagaimana tidak, akses jalan sejatinya sebagai urat nadi perekonomian masyarakat. Namun tidak demikian di desanya.
Kondisi jalan buruk, seolah membuat Andi dan warga lainnya “menjerit”.
Jangankan mengangkut hasil pertanian, untuk jalan-jalan pun warga harus bersusah paya melewati akses jalan.
Padahal akses jalan yang menghubungkan dua desa yakni, Passembuk dan Botteng ini merupakan jalan provinsi.
Kondisi jalan bak sungai kering saat kemarau dan berlumpur saat hujan, dirasakan warga di dua desa ini sejak Mamasa terbentuk menjadi sebuah kabupaten.
Jalan hanya sejauh kurang lebih 14 Km ke ibu kota Kecamatan Mehalaan, harus ditempuh hingga berjam-jam.
Itu dikarenakan kendaraan baik roda empat maupun roda dua sulit melintas.
Mirisnya, baru-baru ini viral di sosial media, seorang warga Desa Passembuk terpaksa ditandu sejauh 14 kilometer untuk sampai di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Mehalaan, lantaran akses jalan tak dapat dilalui kendaraan.